Wednesday, October 19, 2011

Perjalanan Ke Neraka - Part 13

Share


Setelah menghacurkan gereja sebagaimana yang ditugaskan, maka aku tidak perlu lagi berlama-lama berada disitu dan aku terus saja melanjutkan petualanganku diantara dunia dan neraka.  Ini perjalananku menuju Neraka. Ingat, aku telah memberitahukan beberapa cara untuk memasuki dunia kedua:
1.   Tanpa tubuh jasmani. Disini orang harus meninggalkan tubuhnya dengan membuka bagian dahinya. Ini merupakan cara yang kupergunakan bila aku pergi untuk membawa roh-roh jahat dari neraka ke bumi.
2.   Dengan tubuh jasmani. Disini terdapat beberapa metode :
3.   Dengan doa-doa dan mantera-mantera untuk mengubah dunia kami menjadi dunia kedua. Inilah metode Kazadi ketika ia membawaku dimana aku kemudian membuat perjanjian dengan Lucifer.
4.   Masuk lewat kubur. Inilah cara yang kupakai saat aku mengadakan perjalanan selama 3 bulan ke neraka untuk menjumpai ayahku.
5.  Masuk daerah pekuburan dan mengucapkan doa-doa. Orang-orang yang sudah mati dapat bangkit kembali dan mulai berbicara kepada kami. Metode ini sering digunakan oleh beberapa gereja dan orang-orang yang berhubungan dengan roh-roh.
6.   Masuk melalui air (sungai, laut dan sebagainya). Inilah metode yang dipakai ayahku ketika ia memperkenalkan aku kepada dunia di bawah air.

Aku mulai berkunjung ke nereka bersama kawan-kawanku. Kami menemukan diri kami berada di pelabuhan. Di depan, kami melihat seperti sungai atau danau yang tidak berakhir. Nereka berada di seberang sungai atau danau tersebut. Pelabuhan itu merupakan terminal bagi segala transportasi menuju neraka; kereta api, pesawat terbang, mobil dan bus, semuanya menurunkan penumpangnya disana. Dari situ, mereka harus masuk ke dalam kapal ferry yang sangat berkilauan, yang datang untuk mengangkut penumpang dan membawanya ke seberang sungai atau danau itu, dimana terdapat neraka. Kami akan menunggu kapal ferry itu untuk mengangkut kami. Di tempat itu, banyak sekali orang yang antri bersama kami untuk menuju neraka.

Tidaklah mudah untuk masuk ke dalam kapal, terutama bagi mereka yang membawa banyak bagasi. Aku bertemu dengan seorang wanita yang kuketahui mati di daerah sekitar perumahan kami sembilan tahun yang lalu (1974). Aku bertemu dengannya pada tahun 1983. Ia belum juga berhasil menyeberangi sungai itu menuju neraka karena bagasinya terlalu berlebihan. Setiap kopor yang dibawanya bertuliskan nama di atasnya. Nama-nama itu adalah nama dosa-dosa yang diperbuatnya semasa hidupnya di bumi, antara lain : perzinahan, dusta, mabuk-mabukan, kebencian, pelecehan dan kesombongan. Panjang dan berat setiap kopor tergantung dari derajat keterlibatannya di dalam masing-masing dosa tersebut.

Kapal ferry yang berkilauan itu memiliki pintu pada kedua sisinya. Pada setiap sisi, berdiri seorang yang bertubuh besar dan mengenakan pakaian yang rapi, yang sama sekali tidak mengeluarkan suara. Semua orang sedang antri, karena masuk ke kapal harus tertib. Wanita itu mulai mengangkat kopornya satu demi satu, memasukkannya ke dalam kapal untuk kemudian keluar lagi mengangkat yang lain. Ketika kapal mulai bergerak, ia belum juga selesai dengan seluruh bagasinya. Jadi ia tidak dapat naik lagi ke dalam kapal. Kopor-kopor yang berhasil dimasukkannya ke dalam kapal, dilemparkan lagi keluar, jadi ia harus kembali menunggu kedatangan kapa berikutnya.

Setelah beberapa menit, kami sampai di seberang dan mulai keluar satu demi satu dengan tertib, tanpa mengeluarkan suara, tidak seorangpun yang diijinkan berbicara. Kami mulai melangkah dan kami melihat dua jalan; yang satu ke kiri, yang lain ke kanan. Di perbatasan antara kedua jalan itu kami melihat seseorang yang sangat besar yang bersinar bagaikan matahari. Tidaklah mungkin bagi kami untuk menatapnya. Orang itulah yang mengarahkan para penumpang ke jalan kiri atau ke jalan kanan.

Kami melihat banyak sekali orang yang berjalan ke kiri dan hanya sedikit sekali yang berjalan ke kanan. Mereka yang berjalan ke kiri membawa bagasi, tetapi mereka yang ke kanan berjalan dengan tangan kosong. Kedua kawanku dan aku mulai mendekati orang yang sangat besar itu. Ketika kami sampai di tempat mana ia berdiri, ia begitu bercahaya sehingga kami menemukan diri kami sendiri tampak telanjang dan karenanya, bagaikan kilat kami mengambil jalan ke kiri. Kami bertanya-tanya manusia apakah ia gerangan. Kami tidak tahu apa yang terdapat pada ujung kanan dan apa yang akan terjadi dengan mereka yang melalui jalan tersebut. Sampai saat sekarangpun hal itu masih merupakan misteri bagiku. Mungkin saja itu adalah kota umat Allah, karena pasti orang yang sangat besar yang berdiri di perbatasan itu adalah malaikat Allah. Sesungguhnya, orang-orang yang diijinkan masuk ke jalan kanan itu mendekatinya dan mereka tampak sangat berbahagia, siap untuk memeluknya dengan seluruh perasaan sukacita di hati mereka. Mereka tidak tampak telanjang. Mereka berpakaian. Orang yang sangat besar itu bersinar dengan cahaya yang gemerlapan yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun juga yang kulihat di bumi.

JALAN YANG SEMPIT DAN YANG LEBAR
Baru setelah keselamatankulah aku dapat menengok ke belakang dengan pengertian akan makna rohani pengalamanku itu. Kita harus ingat akan apa yang dikatakan oleh Alkitab, yaitu bahwa ada dua jalan, yang sempit dan yang lebar. Yang lebar menuju kebinasaan (hukuman atau neraka) dan yang sempit menuju kehidupan kekal (Firdaus) (Mat. 7:13-14). Mereka yang berjalan di jalan yang lebar itu banyak, tetapi mereka yang berjalan di jalan yang sempit itu sedikit. Bahwa mereka yang berjalan di jalan yang sempit itu dalam keadaan berpakaian dan bersukacita, itu adalah karena perbuatan-perbuatan baik mereka semasa hidup di dunia (Wah. 19:8) dan juga karena keadaan daripada Kerajaan yang akan mereka masuki (Rm. 14:17).

Kami mengikuti jalan ke kiri dan tiba-tiba melihat kerumunan orang seperti dalam sebuah ruang tunggu. Keadaannya penuh sesak. Karena aku mengenakan ikat pinggang sihir yang dahulu dipakai ayahku untuk menghajar orang-orang di dunia sihir, maka akupun memakainya untuk mengayun-ayunkan pukulan agar memaksa mereka memberikan jalan kepada kami. Keadaannya kacau balau. Orang-orang saling dorong satu dengan yang lain membawa seluruh bagasi mereka.

Kami juga melihat di ujung satunya, seseorang yang menginterogasi orang-orang yang akan masuk; tampaknya seperti suatu tempat penghakiman di neraka. Orang itu sangat besar dan berwajah amat buruk, sehingga orang tidak akan tahan memandangnya. Ia adalah seseorang yang sangat kasar dan keras. Ia hanya menghakimi dua orang dalam satu minggu. Dari Senin sampai Rabu satu orang, dari Kamis sampai Sabtu satu orang lagi. Pada hari Minggu ia beristirahat. Tujuan penghakiman tersebut adalah untuk menanyakan kepada orang yang sudah mati itu mengapa ia diarahkan ke neraka. Setiap orang harus menjawab sendiri. Tidak seorangpun yang dapat menanggung beban orang lain.

Jadi orang yang bersangkutan dipaksa untuk berbicara sendiri setelah ia mengetahui alasan apa yang membawanya ke neraka. Pemeriksaan seperti itu merupakan kejadian yang sangat tidak menyenangkan. Orang-orang harus mengalami perlakuan-perlakuan yang keras sekali. Alasannya adalah karena dosa-dosa yang dilakukan orang-orang itu semasa hidupnya dan buktinya yaitu bagasi yang mengikuti mereka kemanapun mereka pergi. Dosa-dosa atau bagasi seseorang akan membantu hakim untuk menentukan di bagian neraka yang mana ia akan ditempatkan (aku merasa setidaknya sampai dengan hari penghakiman nanti).

Firman Allah berbicara mengenai penghakiman yang terjadi segera setelah seseorang mati (Ibr. 9:27). Pertama-tama, ia akan sampai di persimpangan antara dua jalan. Orang yang sangat besar (malaikat Allah) akan menghakiminya untuk menentukan apakah ia diarahkan ke kanan atau ke kiri. Bila ia diarahkan ke kiri, maka ia akan menghadap penghakiman yang lain lagi untuk menentukan di bagian neraka yang mana ia akan ditempatkan. Biarlah kita bersiap untuk bertemu dengan Tuhan (Amos 4:12).

LUCIFER MENUNTUT KEMATIANKU TAHUN 1987
Sesudah kelepasanku tiba, Lucifer setiap hari mengusikku tentang kematianku yang sudah di ambang pintu itu. Ia terus menerus mengilaskan peti mati dan salib di depanku. Setiap hari ia memperingatkanku bahwa waktuku sudah habis. Dan ketika aku menghadapinya untuk bertanya mengapa ia dengan cara seperti itu mengingatkan aku akan kematianku itu setiap menitnya, ia menjawab bahwa ia tidak ingin aku melupakannya dan bahwa ia harus berlaku seperti itu untuk mempersiapkan aku. Aku ingin agar hidupku diperpanjang sampai putraku lahir.

Istriku akan melahirkan, jadi aku memohon kepada Lucifer untuk dapat melihat putraku terlebih dahulu sebelum aku mati. Tetapi karena ia telah berketetapan untuk membunuhku, maka ia memberiku perpanjangan hanya sampai 3 bulan, yang harus kubayar dengan mahal sekali. Ia berkata bahwa darah yang kuberikan kepadanya selama delapan tahun masa latihanku, telah hampir habis dan aku harus menyediakan lebih banyak lagi sampai masa perpanjanganku yang tiga bulan itu berakhir. Untuk mengisi kembali botol darahku yang kutinggalkan disana yang sekarang berisi kurang dari setengah, aku harus menyebabkan terjadinya kecelakaan dengan menumpahkan darah orang lain untuk setan, agar dapat menahan hidupku sendiri sampai saatnya aku siap menemuinya untuk selamanya.

Salah satu kecelakaan seperti itu menimpa seorang pria yang merupakan rekan kerjaku. Aku menyebabkan sebuah balok besi jatuh menimpanya dari atas sebuah bangunan tinggi yang sedang dikonstruksi yang mengenai lengannya. Ia mengalami pendarahan yang sangat berat, sehingga pada saat ia dibawa ke rumah sakit, ia sudah menumpahkan darah yang cukup banyak untuk menahan hidupku selama beberapa minggu mendatang. Akan tetapi aku tahu bahwa aku sekedar membeli waktu saja. Iblis menekanku dengan begitu keras.

Aku juga tahu bahwa sebagian besar rekan-rekanku sesama murid iblis, sedang mengalami kematian mereka melalui berbagai macam kecelakaan di seluruh dunia. Politik iblis adalah agar setiap orang diantara kami harus mati bersama orang-orang lain. Bila memungkinkan, kami bahkan diharapkan untuk melatih dan mempersiapkan mereka yang akan mati bersama-sama kami itu.

Sebenarnya, alasan yang kuberikan kepada iblis untuk memperpanjang hidupku adalah agar aku dapat melatih dan mempersiapkan lebih banyak orang lagi untuk ikut bersamaku dari tempat kerjaku. Hal itu merupakan alasan yang kuat sehingga iblis mengabulkannya. Dan walaupun aku sampai menderita penyakit lambung setiap kali aku melihat peti matiku dikilaskan di depanku, aku tetap bekerja keras merekrut lebih banyak orang lagi bagi setan agar mereka kehilangan keselamatan. Iblis mengharuskan setiap murid yang telah mengikuti sekolahnya untuk melatih empat orang lain dan mereka pada gilirannya harus melatih empat yang lain lagi. Mata rantai itu harus berlangsung terus bagi setiap lulusan sekolahnya. Dan untuk memastikan bahwa mereka tidak lepas dari cengkeramannya, maka ia menyebabkan semua mereka yang setia kepadanya mati secara dini dan pada waktu tertentu di dalam satu tahun.

Karena kontrak yang telah ditandatangani, maka mereka yang lulus bersama denganku menjadi penyebab berbagai macam kecelakaan di seluruh dunia, termasuk di dalamnya beberapa kecelakaan pesawat udara yang terjadi pada tahun 1987. Mereka yang menyebabkan semua kecelakaan tersebut adalah rekan-rekanku sendiri di sekolah Lucifer. Kami semuanya ditetapkan untuk ditarik dari peredaran hidup kami pada tahun itu juga. Bersambung ke Part-14

No comments:

Post a Comment