Pada waktu aku masih kecil, orang tuaku sangat taat
beribadah. Akupun jadi sangat taat karenanya. Orang tuaku selalu mengajarkan
aku sembahyang kepada “Allah“ lima kali sehari. Setidak-tidaknya aku harus
mengikuti sembahyang wajib dan selain itu aku bebas berdoa apapun pada waktu
luangku. Sembahyang adalah bagian esensial dari hidupku. Aku bangun pagi, aku
mengucapkan doa pagiku tepat setelah aku membuka mata. Kalau aku pergi ke kamar
mandi ada doa yang aku harus kubacakan sebelum cuci tangan. Ada doa yang kubacakan
sebelum dan setelah membaca Qur’an tiap hari. Kemudian pergi ke sekolah setelah
doa pagi lalu pada sore hari membaca doa sore. Jadi Islam tertanam dalam diriku
dan karena itu orang tuaku sangat sangat bangga terhadap aku. Aku adalah
seorang anak muslim yang mereka harapkan. Aku berasal dari garis keturunan
pendakwah dan keluargaku memperlakukan Islam sebagai bagian integral dari hidup
mereka dan bukan sesuatu hal sampingan. Jadi “Allah“ dan nabi Islam yaitu
Muhammad sangat dihormati dan setiap saat kami sangat menyembah “Allah“. Islam
bukan semata-mata agama tetapi ‘Jalan Hidup‘ dan Islam adalah kami dan bukan
sesuatu yang kami ikuti. Islam bukanlah sesuatu yang aku yang aku abaikan
begitu saja. Islam adalah jalanku dan keberadaanku.
Aku terlibat dalam lomba pidato dan debat saat pertama kali
aku masuk universitas. Aku berumur delapan belas tahun waktu itu. Teman setimku
bernama David. David dan aku menempati satu kamar dan sebelum tidur malam itu
dia keluarkan sebuah Alkitab. Aku jarang sekali melihat orang membaca Alkitab
pada waktu senggang mereka. Aku pernah dengar orang berkhotbah dari Alkitab dan
merujuk kepada Alkitab tapi aku tidak pernah melihat orang membacanya pada
waktu senggang mereka. Aku katakan kepada David, “David, kamu pasti tahu bahwa
Alkitab itu sudah dirubah, bukan? Kamu tahu bahwa kitab itu sudah dirubah dan
bukan lagi yang asli yang diwahyukan kepada Kristus ratusan tahu yang lalu,
bukan?“
Tanpa aku sadari ternyata David adalah seorang apologis yang
sudah malang melintang. Dia telah mempelajari Alkitab, kanon Alkitab, alasan
percaya Alkitab, dan alasan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Jadi, dia siap
menjawab pertanyaanku. Jauh lebih siap daripada yang aku perkirakan. Dia
berkata “Kamu tahu Alkitab belum berubah. Kita dapat menguji seberapa banyak
sudah berubah. Ada ilmu yang bernama kritik teks yang memungkinkan kita
memperkirakan kira-kira berapa banyak naskah yang ada bervariasi dari yang
asli. Aku mempelajarinya dan mulai menyadari “Hey, Alkitab tidak berubah
sebanyak itu.” Aku mulai menyadari tampaknya tidak ada doktrin yang telah
berubah sehingga sejak awal Alkitab menyatakan bahwa “Kristus adalah Tuhan, Dia
mati demi dosa kita, bangkit dari kematian pada hari ketiga, dan tidak
mengatakan yang berbeda dari itu.”
Beberapa tahun kemudian aku mulai sadar bahwa mungkin aku
salah. Setelah beberapa tahun berdebat dan mempelajari berbagai isu ini aku
menyadari ada puluhan ribu dokumen yang menunjukkan bahwa Alkitab yang ada saat
ini masih dekat dengan Firman yang diwahyukan pada awalnya dan Kristus memang
mengklaim diri sebagai Tuhan dan ada bukti untuk itu dan tidak ada banyak bukti
untuk [klaim] Islam.
Aku perlu sekitar tiga setengah tahun untuk menyadari bahwa
semua ini benar. Kusadari semua yang telah diajarkan padaku; aku mengasihi
“Allah“, aku mengasihi Islam, aku mengasihi orang tuaku, aku mengasihi
Muhammad, semua yang telah diajarkan kepadaku, namun semua itu tidak membuat
[yang kupercayai] menjadi benar. Aku memohon kepada Tuhan; “Tuhan aku tidak
dapat mengetahui kebenaran tanpa Engkau. Tolong tunjukkan kebenaran kepadaku!
Sebarapapun yang aku harus lakukan, betapapun sakitnya, siapapun dalam
keluargaku yang akan meninggalkan aku, siapapun temanku yang akan meninggalkan
aku, apapun yang perlu untuk itu, aku akan menjalani jalan itu.“ Aku ingat
kembali apa yang kulakukan, aku tidak tahu apa yang telah ku lakukan. Aku di
pinggir tempat tidur hotel dan aku telah berdoa. Aku berdoa dan berdoa kepada
Tuhan, namun kali ini aku berdoa dengan segala kerendahan hati yang aku bisa
lakukan. Aku benar-benar hancur. Aku katakan kepada Tuhan “Tuhan, aku tidak
tahu, aku tidak dapat tahu. Hidupku dalam kekekalan sementara dipertaruhkan.
Aku minta Engkau menyatakan kebenaran itu kepadaku entah lewat visi, mimpi atau
apapun.“
Malam itu waktu aku telah berdoa, ayahku tidur di tempat
tidur sebelahku. Aku di tempat tidurku sendiri. Kami di kamar hotel waktu itu.
Dia sudah tidur waktu itu. Waktu itu masih ada secercah cahaya di dalam kamar
tetapi setelah aku berdoa, segala sesuatu menjadi gelap. Tidak ada lagi cahaya
dalam kamar itu. Lalu di depan ku tampak ratusan, atau ratusan ribu salib. Aku
mengamatinya dengan mata terbelalak. Dan secepat gambaran itu datang, secepat
itu juga pergi. Aku tahu itu terjadi. Aku tahu aku baru saja mendapat visi. Aku
tidak mau percaya jadi aku memandang kepada Tuhan dan berkata “Tuhan, itu belum
jadi bukti! Mungkin saja mataku yang tertipu. Mungkin di bawah sadarku aku
memang mau percaya kekristenan benar. Melihat banyak salib tidak berarti
apa-apa. Tuhan tidak turun dan menunjukkan kepadaku. Mungkin juga itu visi,
mungkin juga tidak.“ Lalu aku katakan kepada Tuhan “Tuhan, lupakan permintaan
akan visi itu. Sekarang, tunjukkan diri dalam mimpi. Mimpi apapun yang
mendukung kebenaran dari yang telah aku lihat, maka aku akan menjadi kristen.“
Malam itu aku bermimpi. Tidak butuh waktu berminggu-minggu
atau berbulan-bulan. Hanya butuh waktu beberapa jam. Tuhan memberiku mimpi
waktu itu. Aku berdiri di depan sebuah pintu sempit. Belum di pintu, tetapi
ujung jari kakiku berada pada garis pintu. Pintunya sempit. Lebarnya hanya
sekitar tiga kaki. Cukup luas bagiku. Tingginya sekitar lima sampai enam kaki.
Cukup tinggi bagiku untuk lewati. Yang kulihat itu bukan hanya pintu tetapi
sebuah lorong yang uQur’an tinggi dan lebarnya seperti pintu. Di ujung yang
satunya ada temanku David yang sedang duduk di sebelah sebuah meja. Di dalam
ruangan itu ada ratusan orang yang juga memiliki meja. Ada makanan di depan
mereka dan mereka sudah siap makan tetapi mereka belum mulai makan sama sekali.
Mereka seperti menunggu seorang pembicara untuk memulai acara apapun itu dan
menutup pintu untuk memulai kegiatan. Tetapi mereka belum mulai makan. Aku
katakan kepada David, “Aku pikir kita akan makan bersama.“ Tanpa menoleh David
menjawabku, “Kamu tidak pernah memberi tanggapan.“ Itulah mimpinya. Aku berdiri
di depan lorong sempit berkata “Aku pikir kita akan makan bersama.“ dan David
yang hendak berpesta dan berkata “Kamu tidak pernah memberi respon.“
Aku langsung bangun mengingat mimpi itu dan menyadari kamar
[dalam mimpi] itu surga. Kamar itu adalah kerajaan Tuhan. Aku belum menjadi
bagian dari kamar itu karena aku belum memberi respon. Tuhan memberiku mimpi
yang sangat jelas yang tidak perlu ku interpretasi. Lebih jelas lagi karena
beberapa jam setelah itu aku menelepon David dan mengatakan “David, aku
bermimpi seperti ini.“ David berkata kepadaku, “Aku tidak perlu memberi
pendapatku tentang hal itu. Hal itu sudah tercantum dalam Alkitab.“ Aku
katakan, “Apa??“ Jawab David, “Buka Lukas 13“ Aku membuka Lukas 13 ayat 20-29
dan membacanya. Di dalamnya ada orang yang bertanya kepada Kristus apakah akan
banyak orang yang akan masuk surga dan Dia menyatakan bahwa banyak orang
mencoba tapi hanya sedikit yang akan berhasil. Masuklah melalui pintu sempit
dan orang akan berdiri di pintu itu dan mengetuk. Itulah yang terjadi dalam
mimpiku. Aku berada di pintu, pintu belum tertutup, masih ada kesempatan untuk
masuk ke ruang pesta. Aku hanya perlu memberi respon. Saat itu aku sadari apa
yang harus kulakukan. Aku menyadari bahwa Islam mungkin bukan kebenaran dan
Tuhan menarik aku kepada-Nya walaupun aku tidak punya keinginan untuk ditarik.
Aku meronta-ronta. Namun Dia menarikku menuju kepada Kebenaran. Hal itu
benar-benar menyakitkan.
Aku benar-benar meratap waktu itu. Saat ke kampus satu hari,
aku benar-benar meratap. Kukatakan kepada Tuhan, “ Tuhan, berikan aku waktu
beberapa hari untuk menangis. Aku perlu menangis. Ada orang yang mengasihiku
yang mungkin aku akan kehilangan atau yang mungkin akan mati karena mendengar semua
ini. Ijinkan aku menangis.“ Aku kembali ke apartemenku dan aku membaca Qur’an
dan tidak ada yang bisa membantu di sana. Aku membuka Alkitab kitab Matius dan
aku bahkan belum selesai pasal 5 dan disana dikatakan “Berbahagialah yang
menangis, karena mereka akan dihibur. Aku membaca Ayub dan semua kesedihan di
sana. Tuhan meringankan bebanku lewat Alkitab Firman-Nya bukan lewat Qur’an.
Tidak ada apa-apa di Qur’an yang dapat membantuku. Qur’an memberiku gambaran
tentang kehidupan lamaku tetapi tidak ada yang membantuku. Tidak ada sama
sekali. Setiap kali aku membuka Alkitab, selalu ada jawaban di sana.
Aku meminta sesuatu kepada Tuhan dan bertanya-tanya
bagaimana aku bisa mendapatkan itu semua. Lalu aku membuka I Yohanes 5 ayat 14
sampai 5 dimana dikatakan bahwa segala sesuatu yang kita minta akan kita
dapatkan karena Dia mendengar kita. Karena kita percaya dalam hati kita bahwa
Kristus adalah Tuhan. Aku percaya dalam hatiku bahwa Yesus adalah Tuhan tetapi
aku tidak mengakuinya. Dalam kitab yang sama yaitu I Yohanes bagaimana kita
tahu [hal itu] kalau hati kita menyalahkan kita? Dikatakan kalau kita percaya
dan mengakui dalam hati dan mengakui dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan,
maka hati kita tidak akan menyalahkan kita. Aku belum mengakui waktu itu. Aku
belum tahu. Roma pasal 10 mengatakan hal yang sama. Dikatakan kalau kita
percaya dalam hati bahwa Kristus adalah Tuhan dan Dia bangkit pada hari ketiga,
maka kita akan diselamatkan. Aku belum mengaku saat itu.
Setelah membaca Matius, aku terpukul. Dikatakan “tidak ada
seorangpun yang menyangkali Aku di depan manusia yang akan Aku terima dalam
kerajaan surga. Setiap orang yang menyangkali Aku akan Aku sangkali di hadapan
Bapa-Ku dan setiap orang yang menyatakan tentang Aku di hadapan manusia akan
aku nyatakan di hadapan Bapa-Ku.“ Pada saat itu aku tidak dapat menyangkali
Kristus lagi. Aku tidak dapat menyangkali Tuhan sama sekali. Aku tidak bisa
lagi berpegang pada ajaran yang telah aku pilih untuk percayai sebelum itu. Aku
tidak punya alasan untuk percaya semua itu kecuali bahwa aku dilahirkan dan
dibesarkan dengan ajaran tersebut. Aku mulai sadar bahwa semua yang kupercayai
sebelumnya bukan kebenaran dan aku harus menerima Kristus dalam hidupku. Aku
meminta Roh Kudus mengubah aku. Setelah berdoa, dunia menjadi berbeda. Aku
melihat keluar jendela dan terkejut seolah-olah disengat listrik. Aku telah
mengeluarkan kata-kata yang menurutku hanya kata-kata biasa tetapi semua itu
permintaan kepada Tuhan yang Dia genapi.
Pada saat itu ketika Roh Kudus memenuhi aku, aku terdiam di
posisi itu selama 10 menit seolah-olah aku baru tersengat listrik. Tidak bisa
bergerak. Ketika pertama kali aku bergerak dan melihat dunia, segala sesuatu
benar-benar indah. Ada harapan besar, ada makna dalam kehidupan. Saat itu aku
sadar bahwa yang penting bukanlah menjalani hidup sebagai seorang baik. Memang
kita perlu lakukan itu tetapi itu bukanlah segalanya. Tujuan utama hidup adalah
memuji dan menyembah satu-satunya Tuhan yang benar yang datang ke dunia ini dan
mati demi dosa kita sehingga kita dapat menghargai Dia, kita dapat menyembah
Dia sepenuhnya dengan riang dan sukacita seperti dikatakan Paulus dalam Filipi
4 “bersukacitalah senantiasa karena Tuhan dekat.“ Hidupku penuh arti sekarang
karena aku dapat pergi dan memberitakan Injil. Aku tidak hanya duduk dan
berkata “Hey, setiap orang yang melakukan perbuatan baik akan ke surga.“ Tidak,
ada makna dalam hidup. Orang perlu tahu apa yang telah dia lakukan dan
bagaimana posisi kita dalam hubungan dengan Tuhan.
Orang harus tahu bahwa kita harus menyembah satu-satunya
Tuhan yang benar dan Puteranya Yesus Kristus yang datang untuk mati karena dosa
kita. Kita harus katakan kepada orang bahwa Tuhan satu, tetapi Dia satu dalam
tiga dan tiga dalam satu. Entah kita dapat memahami itu atau tidak, hal itu
berada di luar jangkauan. Kita tidak perlu memahami itu. Yang perlu kita
lakukan adalah bahwa Kristus adalah Tuhan dan Tuhan telah turun dalam bentuk
seorang manusia. Muslim memiliki kecenderungan untuk memandang itu sebagai
ketidakmungkinan.
Tidak ada alasan kenapa itu tidak mungkin. Tuhan bisa
memilih untuk datang ke dunia ini sebagai manusia. Tunjukkan kepadaku dalam Qur’an
atau dalam Hadits dimana dikatakan bahwa hal itu tidak mungkin. Sebaliknya
dalam Kitab Suci Islam ada berbagai ayat yang mengatakan bahwa “Tuhan dapat
melakukan apapun yang Dia ingin lakukan.“ Pada hari terakhir kata Qur’an waktu
kita dihakimi, tidak ada seorangpun bahkan muslim yang bisa mendapatkan jalan
ke surga kecuali karena anugerah Tuhan. Bahkan nabi Islam meminta pengikutnya
untuk berdoa bagi pengampunan untuk dia berkali-kali dalam sehari karena dia
tidak tahu apakah dia akan masuk ke surga atau tidak. Semua itu hanya karena
anugerah Tuhan. Anugerah yang bahkan diandalkan oleh muslim untuk masuk surga
pada akhir jaman adalah anugerah yang diandalkan oleh Kristen. Perbedaannya
adalah Kristen percaya bahwa Anugerah itu telah diberikan di atas kayu salib
2000 tahun yang lalu. Dia menyediakan anugerah itu kepada kita. Anugerah yang
sama harus kita cari. Aku percaya bahwa kalau kita meminta Tuhan menunjukkan
kebenaran, maka Dia akan menunjukkan kebenaran itu.
(Kesaksian Nabeel Qureshi dapat dinonton dalam bentuk video pada
http://www.acts17.net/)
Sumber: http://jesusalone.multiply.com/journal/item/245
No comments:
Post a Comment