Setelah
menyaksikan kuasa Tuhan Yesus Kristus membangkitkan orang yang sudah 6 hari
mati dan hidup kembali, Purnomo, W memutuskan untuk mengganti iman
kepercayaannya menjadi Pengikut Yesus Kristus. Berikut ini adalah penuturannya
mengenai pengalamannya tersebut:
Sebenarnya
hanya sedikit sekali ayat-ayat Al Qur’an yang saya pahami sebelum bulan Mei
1993 walaupun saya telah menunaikan rukun Islam yang kelima, menunaikan ibadah
Haji yang saya lakukan pada tahun 1983. Ayat-ayat Al Qur’an yang saya hafal
bacaannya diluar kepala walaupun tidak paham mengenai artinya ialah ayat-ayat
Al Qur’an yang selalu diucapkan pada waktu sembahyang lima waktu yaitu surat 1
Al- Faatihah yang merupakan surat hafalan wajib dan surat-surat lainnya
diantaranya surat 112 Al Ikhlash, surat 113 Al Falaq, surat 114 An Naas dan
surat 108 Al Kautsar.
Keinginan
saya untuk mengetahui dan memahami lebih dalam lagi tentang isi buku Al Qur’an
itu barulah timbul setelah Tuhan Yesus/Sayidina Rabboni Isa Al-Masih menjamah
saya secara ajaib pada tanggal 6 Mei 1993 di Kupang. Karena saya tidak
menguasai bahasa Arab seperti halnya sebagian besar umat Islam di Indonesia,
maka saya mempelajari buku Al Qur’an yang ada terjemahan bahasa Indonesianya
yaitu buku Al Qur’an Terjemahan Indonesia P.T. Sari Agung.
Keinginan
saya yang sangat mendesak untuk mempelajari isi buku Al Qur’an ini disebabkan
karena saya harus mencari jawaban terhadap peristiwa yang saya baru alami di
Kupang dimana saya telah dijamah Tuhan Yesus (yakni Sayidna Rabboni Isa
Al-Masih) secara ajaib dan saya ingin menyakinnya bahawa memang Yesus/Sayidina
Isa dan bukan setan atau thogut yang telah menjamah saya secara ajaib itu.
Setelah
tiga minggu saya meneliti dan mempelajari buku Al Qur’an tersebut barulah saya
memperoleh pengertian yang sebenarnya tentang siapa yang dimaksudkan dalam buku
Al Qur’an sebagai Allah dan siapa saja yang akan menerima pahala dan yang akan
diselamatkan yang akan masuk sorga. Untuk selanjutnya perkenankanlah saya
memberikan kesaksian saya bagaimana Sayidina Isa Al-Masih/Yesus telah menjamah
saya.
JAMAHAN
SAYIDINA ISA/YESUS YANG AJAIB.
Pada
suatu hari saya harus mengantarkan seorang mitra usaha saya yang berkebangsaan
Amerika, ke Kupang untuk bertemu dengan seorang yang sekitar tahun 1973 pernah
mati dan hidup kembali pada hari ke enam. Orang Amerika tersebut bernama
Loduvicus Alexander suami dari kemenakan istri saya yang baru bertobat dan
masuk sekolah Teologia Fuller di California, USA. Dia mendapat tugas dari
sekolahnya untuk membuat dokumentasi dari orang yang pernah mati dan hidup
kembali tersebut dan saya bertindak sebagai penerjemahnya. Pada tanggal 5 Mei
1993 kami berdua tiba di Kupang melalui Darwin, Australia.
Di
Bandara, kami dijemput oleh Urias Bait, dosen Universitas Nusa Cendana Kupang
dan seorang ibu bernama M.T. Nalle Octavianus seorang pengusaha kontraktor di
Kupang yang selanjutnya mengantarkan kami ke Hotel Wisma Cendana Kupang. Kami
memberitahukan maksud kedatangan kami kepada mereka. Untuk maksud ini maka M.T.
Nalle berusaha mencari informasi mengenai hal ihwal orang yang pernah mati dan
hidup kembali tersebut.
Setelah
memperoleh informasi seperlunya, maka pada petang harinya M.T. Nalle disertai
beberapa orang lainnya mengantarkan kami ke So’e untuk bertemu dengan salah
seorang pendeta yang tertua di pulau Timor bagian barat (NTT) yang bernama
pendeta Manuian yang diharapkan mengetahui hal ihwal orang yang pernah mati dan
hidup kembali tersebut. Oleh pendeta Manuian disarankan agar kami kembali ke
Kupang karena orang yang pernah mati tersebut adalah seorang perempuan yang
bernama Silva Obed dan suaminya bernama Lazarus tinggal di kampung Amfoang yang
hanya bisa dihubungi melalui jalan laut yaitu naik motor boat atau perahu layar
dari Kupang. Jika naik motor boat minimal 2 jam lamanya diperjalanan. Maka pada
malam hari itu kami kembali ke Kupang.
Mengingat
L. Alexander tidak sanggup melakukan perjalanan melalui laut dengan motor boat
atau perahu layar karena sering mabuk laut dan muntah-muntah maka kami
merencanakan untuk mencari seorang yang mengetahui alamat Silva Obed agar
menjemput Silva Obed dari kampung Amfoang dengan motor boat yang akan kami
charter atau sewa.
Esok
harinya tanggal 6 Mei 1993, kami mendapatkan informasi dari G.J.
Koamesah-Rondo, sahabat dari Urias Bait bahawa Silva Obed beserta suaminya
sering singgah di rumah adiknya yang bernama Richard Rondo, yaitu pada
waktu-waktu Silva Obed melakukan perjalanan melayani Tuhan di Kupang. Oleh
sebab itu pada petang harinya rombongan kami datang mengunjungi rumah Richard
Rondo di Bakunase yang terletak di pinggir kota Kupang dan kami diterima
diruang depan yang telah dilapisi oleh tikar disamping adanya beberapa kursi.
Kepada Richard Rondo kami jelaskan maksud kedatangan kami dan memohon
bantuannya agar dia dapat menjemput Silva Obed beserta suaminya dengan motor
boat sewaan yang biaya perjalanannya kami sediakan sejumlah Rp. 1,000,000 –
(satu juta rupiah).
Richard
Rondo merasa perlu untuk menceritakan peristiwa mujizat yang dialami oleh Silva
Obed dan suaminya Lazarus pada sekitar tahun 1973. Keluarga Lazarus adalah
petani miskin yang hanya hidup dari bercocok tanam. Pada suatu hari setelah
mereka berdua selesai bekerja diladang dan hendak berangkat pulang ke rumahnya
Silva Obed mendengar suara Tuhan yang berpesan bahwa ia akan mati pada keesokan
harinya tetapi akan dipakai Tuhan untuk melayani orang-orang disekitarnya untuk
memberitakan khabar keselamatan dan agar orang-orang tersebut bertobat karena
sebagian besar dari mereka belum mengenal Tuhan. Oleh sebab itu jika Silva Obed
mati maka ia tidak boleh dikuburkan dan merupakan tugas suaminya untuk hanya
membaringkannya di bale-bale dan dijaga selama lima hari dengan berdoa
terus-menerus. Ternyata Silva Obed benar-benar meninggal dunia pada keesokan
harinya dan Lazarus segera melaporkan ke RT/RW mengenai suara yang hanya
didengar oleh isterinya dan yang berpesan kepadanya untuk tidak dikuburkan bila
ia mati karena ia akan dibangkitkan kembali pada hari ke enam.
Tentu
saja peristiwa ini menggemparkan masyarakat Amfoang terlebih lagi setelah tiga
hari dibaringkan di bale-bale dan suaminya terus-menerus berdoa disampingnya,
tubuh Silva Obed mengeluarkan cairan yang sangat busuk baunya sehingga lurah
memerintahkan kepada Lazarus untuk segera menguburkan Silva Obed istrinya itu
agar tidak terjadi kehebohan di kampung Amfoang.
Walaupun
lurah dan camat mendesak agar Silva Obed segera dikuburkan tetapi suaminya
Lazarus tetap tidak mau melaksanakannya karena dia sudah berjanji kepada
isterinya untuk melaksanakan pesan Tuhan sampai Silva Obed dibangkitkan pada
hari ke enam. Akhirnya lurah dan camat dapat memahami sikap Lazarus, tetapi
tetap memperingatkannya, kalau pada hari ke enam Silva Obed tidak hidup kembali
harus dikuburkan. Ternyata pada hari ke empat cairan yang keluar dari tubuhnya
mulai berhenti dan bau busuknya mulai berkurang dan pada hari ke lima keadaan
tubuhnya sudah tidak basah lagi dan tidak lagi mengeluarkan bau busuk. Pada
hari ke enam di pagi sekitar jam 04.00 waktu setempat terjadilah keajaiban dan
mujizat yang menakjubkan Silva Obed bangkit dan hidup kembali sedangkan
suaminya masih tertidur disamping bale-bale, yang menunggu dengan setia.
Akhirnya
masyarakat turut kagum dan mengucap syukur atas peristiwa yang sungguh ajaib
itu. Sejak itu Silva Obed, walaupun buta huruf dapat memberitakan firman Tuhan
sesuai Alkitab dalam bahasa asli daerah Timor dan melayani Tuhan, disertai
suaminya menyiarkan berita keselamatan bagi penduduk sekitarnya sampai ke
Kupang.
Kemudian
lima tahun yang lalu, sekitar tahun 1988 Silva Obed beserta suaminya untuk
pertama kalinya singgah di rumah Richard Rondo dan pada saat itulah putri dari
Richard Rondo yang bernama Gloria Pricila menerima anugerah berupa karunia
penglihatan, karunia pendengaran dan bahkan dapat memahami keseluruhan isi
AlKitab walaupun anak perempuan tersebut baru berusia 11 tahun. Demikianlah
cerita singkat yang disampaikan oleh Richard Rondo kepada kami tentang Silva
Obed dan suaminya Lazarus dan anugerah karunia yang diterima putrinya Gloria
Pricila.
Setelah
itu Richard Rondo beserta seluruh keluarganya termasuk Gloria Pricila memohon
diri kepada kami untuk melakukan doa di ruang dalam. Suara nyanyian pujian
terdengar dari ruang dalam sampai ruang depan dimana kami berada. Dan untuk
pertama kalinya saya baru mengetahui bahwa sebelum orang Kristen berdoa, mereka
mengangkat lagu pujian terlebih dahulu. Setelah selesai berdoa Richard Rondo
keluar dari ruang dalam diikuti seluruh keluarganya sambil berseru bahwa Roh
Kudus akan mengarahkan Silva Obed dan suaminya berangkat dari Amfoang ke Kupang
keesokan harinya. Tentu saja berita ini merupakan berita yang aneh bagi saya,
lalu segera saya tanyakan kepada Richard Rondo apa yang dimaksudkannya dengan
Roh Kudus yang akan mengarahkan mereka dari Amfoang ke Kupang dan siapa Roh
Kudus itu? Kemudian Richard Rondo sekali lagi menjelaskan kepada saya bahwa
melalui berita Tuhan yang diterima Gloria Pricila maka Roh Allah akan
menggerakkan mereka untuk datang ke Kupang dan dijelaskan juga bahwa Roh Kudus
adalah Roh Allah sendiri.
Setelah
dengar terheran-heran saya mendengarkan penjelasan Richard Rondo maka saya
terjemahkan berita itu kepada L. Alexander dan diapun tertawa sambil berkata
bahwa hal ini adalah peristiwa yang luar biasa karena walaupun tidak ada
hubungan telepon tetapi berita yang begitu cepat telah dapat disampaikan
melalui Roh Kudus.
Kemudian
Richard Rondo memohon lagi untuk berdoa mengucap syukur karena Roh Kudus telah
campur tangan menuntun Silva Obed dan suaminya untuk datang ke Kupang. Tetapi
kali ini acara doa tidak dilakukan diruang dalam melainkan tetap dilakukan
diruang depan, dimana kami semua berada. Karena mereka semua akan berdoa,
sedangkan saya bukan orang Kristen maka saya bersiap-siap untuk keluar ruangan
dan pandangan mata saya menuju ke luar yang ternyata hari sudah malam dan
gelap. Pada waktu saya ragu-ragu untuk keluar karena di luar sangat gelap maka
Richard Rondo menawarkan kepada saya untuk tinggal saja di ruangan itu dan
duduk di ujung ruangan yang ada kursinya. Sayapun langsung duduk di kursi yang
ada di sudut dan mengamati dengan tenang apa yang akan mereka lakukan dalam doa
tersebut. Setelah itu Richard Rondo memulai memimpin doa syukur dengan terlebih
dahulu mengangkat lagu-lagu pujian dan penyembahan. Baru saja Richard Rondo
memulai dengan doanya maka sekonyong-konyong Gloria Pricila yang mempunyai
karunia penglihatan dan pendengaran mengucapkan dengan lantang sambil
memejamkan matanya dengan kepala tertunduk kebawah banyak malaikat turun ke
ruangan itu bahkan ruangan itu hampir penuh dengan malaikat. Dengan adanya
berita mengenai turunnya malaikat maka seluruh hadirin yang ada di situ
menundukkan kepalanya dan satu orangpun tidak ada yang berbicara kecuali Gloria
Pricila yang terus menyebutkan tentang kehadiran para malaikat.
Selanjutnya
Gloria Pricila memberitahukan bahwa Yesus/Sayidina Isa telah datang dan berada
di tengah-tengah mereka, kemudian seluruh hadiran secara serempak sujud dengan
mukanya dirapatkan ke lantai tikar. Saya yang sejak tadi mengamati dan ikut
mendengar semua ucapan Gloria Pricila sebenarnya takjub melihat semua yang
terjadi dan saya terus melihat ke atas dan ke sekeliling ruangan dengan harapan
saya dapat melihat Yesus dan para malaikatNya, tetapi saya tidak melihat
apa-apa kecuali yang saya lihat hanyalah seluruh hadirin sujud dengan muka
merapat ke lantai dan Gloria Pricila yang duduk dengan menundukkan kepalanya
dan terus mengucapkan tentang kehadiran Yesus. Sementara itu Yesus menghampiri
L. Alexander dan memberkatinya karena dia akan membuat dan menyusun dokumentasi
mengenai kuasa Tuhan yang hidup yang dinyatakan melalui peristiwa ajaib yang
dialami oleh Silva Obed agar orang-orang di Amerika tahu bahwa Tuhan menyatakan
kuasaNya sampai sekarang.
Setelah
Yesus/Isa A.M. memberkati L. Alexander maka Yesus berjalan ke tengah-tengah
ruangan kemudian melihat saya yang sedang duduk di sudut ruangan. Saya terkejut
ketika Gloria Pricila menyebut nama saya, maka saya terus mengamati Glori
Pricila yang tetap menundukkan kepalanya ke bawah dengan mengucapkan apa yang
dilakukan oleh Yesus/Sayidina Isa a.s. Sambil memandang saya Yesus/Isa datang
menghampiri saya dan berdiri di hadapan saya sedangkan saya tetap mengamati
Gloria Pricila sambil sekali-sekali melihat ke sekeliling saya dengan harapan
saya dapat melihat Baginda. Tetapi ternyata saya tetap tidak melihat apa-apa.
Setelah Yesus/Sayidina Isa berdiri di hadapan saya maka Yesus/Sayidina Isa
membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka sepuluh, kemudian membuka
telapak tangan kiri yang menunjukkan huruf tanda tanya yang besar. Sejenak
Yesus/Isa A.M. memperhatikan telapak tangan kiri tersebut, kemudian Yesus
menutup kembali telapak tangan kanan yang di susul dengan menutup telapak
tangan kiri.
Segera
setelah telapak tangan kiri ditutup maka terasa ada benda yang jatuh di atas
kepala saya sehingga saya berusaha menoleh ke atas untuk mengetahui apa
gerangan yang terjatuh di atas kepala saya, tetapi ternyata saya tidak bisa
menggerakkan kepala saya bahkan tangan saya yang ingin meraba kepala saya pun
seolah-olah terikat tidak bisa bergerak. Kemudian benda yang terjatuh di atas
kepala saya tersebut lambat laun terasa merupakan pegangan tangan yang
mencengkeram kepala saya yang pegangannya makin lama makin keras sehingga mulai
terasa sakit dan seolah-olah kuku jarinya di tekankan di kepala saya. Di saat
itu saya mulai takut karena saya telah merasakan ada sentuhan dan pegangan yang
dengan kuatnya mencengkeram kepala saya tetapi wujud tubuhnya sama sekali tidak
kelihatan. Sementara itu Gloria Pricila tetap menyebutkan bahwa Yesus berdiri
di hadapan saya. Saya mulai berfikir apa gerangan kehendak Yesus/Isa untuk
menyakiti kepala saya.
Kemudian
terlintas di pikiran saya yaitu jika yang mencengkeram kepala saya hingga
terasa sakit sekali ialah Yesus maka saya akan berserah diri kepada Yesus. Oleh
sebab itu saya berbisik di dalam hati saya demikian: “Jika memang Engkau Yesus
atau Sayidina Isa yang berdiri di hadapanku dan mencengkeram kepalaku hingga
terasa sakit sekali ini maka aku akan menyerahkan diriku kepadaMu.” Segera
setelah bisikan saya selesai saya ucapkan, maka saya merasakan bahwa
cengkeraman tangan Yesus/Isa Al-Masih dilepaskan dan beban sakit pun hilang
hingga perasaan lega pun timbul. Tetapi ternyata Yesus masih berdiri di hadapan
saya dan sekali lagi membuka telapak tangan kanan yang menunjukkan angka
sepuluh dan menyusul membuka lagi telapak tangan kiri yang tadinya menunjukkan
huruf tanda tanya besar tetapi sekarang juga menunjukkan angka sepuluh,
kemudian Yesus menumpangkan tanganNya ke atas kepala saya dan saya diberkati.
Setelah itu, Yesus pergi dari ruangan itu di ikuti oleh seluruh malaikat.
Sementara
itu saya menjadi gelisah karena memikirkan pernyataan saya yang berserah diri
pada Yesus. Mengapa harus saya nyatakan demikian, padahal saya bukan orang
Kristen, selain itu sayapun merasa telah mengkhianati agama saya sehingga
keadaan saya pada saat itu disamping merasa lega karena dibebaskan dari
cengkeraman tangan yang menyakitkan sekaligus berada dalam pikiran yang kacau
balau.
Setelah
seluruh malaikat meninggalkan ruangan itu maka para hadirin tidak lagi sujud
tetapi kembali duduk seperti semula dan semua pandangan mata mereka tertuju
pada saya, sedangkan Richard Rondo langsung bertanya kepada saya mengapa huruf
tanda tanya yang besar di telapak tangan kiri berubah menjadi angka sepuluh.
Pada saat itu saya sebenarnya berada dalam keadaan yang tertekan karena
mempunyai perasaan bersalah sebagai telah mengkhianati agama saya (Islam). Saya
pun langsung menanyakan kepada Richard Rondo tentang arti angka sepuluh yang
dijawabnya bahwa angka sepuluh adalah angka yang tertinggi bagi orang Kristen.
Kemudian saya pun menceritakan apa yang terjadi terhadap diri saya pada waktu
Gloria Pricila menyebutkan bahwa Yesus/Isa A.M. menutupkan telapak tangan kiri.
Dia tetap berdiri di hadapan saya, dan pada waktu itu terasa ada yang mencengkeram
kepala saya sampai terasa sakit sekali yang baru dilepaskan dari cengkeraman
tangan tersebut setelah saya mengucapkan dalam hati saya bahwa saya menyerahkan
diri saya pada Yesus/Sayidina Isa. Dan dengan keterangan saya tersebut Richard
Rondo berseru: “HALELUYA, Pak Purnama telah menerima Yesus.”
Langsung
saya menjawab bahwa saya tidak menerima Yesus karena saya sendiri tidak begitu
menyadari mengapa keluar dari hati sanubari saya ucapan bahwa saya berserah
diri kepada Yesus/Isa A.M. dan ternyata pernyataan tersebut telah membebaskan
saya dari cengkeramanNya yang dahsyat. Dalam keadaan perasaan yang gelisah saya
minta agar kami segera pulang ke hotel karena saya merasa letih dan perlu
istirahat.
Keesokan
harinya sekitar jam empat pagi waktu setempat saya telah bangun dan bermaksud
melakukan sembahyang subuh. Tetapi pada saat itu terlintas dalam ingatan saya
peristiwa yang terjadi terhadap diri saya kemarin malam tentang bagaimana
dahsyatnya tangan Yesus/Isa mencengkeram kepala saya dan masih terngiang-ngiang
ucapan Richard Rondo bahwa saya telah menerima Yesus. Oleh sebab itu timbul
perasaan takut kalau-kalau Yesus/Isa datang lagi sedangkan saya hanya seorang
diri berada di kamar hotel. Setelah berfikir sejenak maka saya tetap berniat
untuk melakukan sembahyang subuh dan langsung mencari sajadah saya (Tikar
sembahyang dari bahan permadani) yang seingat saya, saya letakkan di atas kursi
hotel. Tetapi sajadah tersebut setelah saya cari di kursi, kemudian dalam kopor
dan dalam lemari pakaian ternyata tidak saya ketemukan. Menurut hemat saya
tidak mungkin sajadah itu hilang begitu saja, tentunya ada orang yang
menyembunyikannya. Pikiran saya segera tertuju kepada L. Alexander bahwa dialah
yang menyembunyikan sajadah saya tersebut karena dia pernah mengatakan mengapa
saya harus mencari arah kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang.
Hal ini dikatakan pada waktu di Darwin ketika dia masuk ke kamar saya di hotel
sewaktu saya sedang mencari arah kiblat dengan mempergunakan kompas.
Dia
juga mengatakan bahwa jika orang Kristen melakukan sembahyang atau berdoa
mereka bebas menghadap kemana saja tidak terikat oleh suatu arah, oleh sebab
itu dia merasa sedih melihat saya karena harus bersusah payah menentukan arah
kiblat terlebih dahulu sebelum melakukan sembahyang. Perkataan L. Alexander
tersebut sangat menyinggung perasaan saya dan langsung saya katakan kepadanya
agar jangan sekali-kali menyinggung agama saya dan jika dia sekali lagi
mengatakan hal yang demikian maka saya akan pulang ke Jakarta dan dia saya
persilahkan mencari penerjemah lainnya.
Karena
pengalaman itu saya telah mencurigai L. Alexander, maka saya segera keluar dari
kamar saya dan menuju kamar L. Alexander yang letaknya tidak jauh dari kamar
saya dan langsung mengetuk-ngetuk pintunya. Sambil terkejut dia terbangun dan
bertanya “Mengapa membangunkan saya sepagi itu?” Kemudian saya bertanya apakah
dia yang menyembunyikan sajadah saya dan dia menjawab bahwa sejak saya pernah
marah karena pembicaraan arah kiblat, maka sejak itu dia tidak pernah lagi
masuk ke kamar saya maupun mengambil sesuatu termasuk sajadah saya. Oleh sebab
itu sayapun segera melaporkan kepada reseptionist hotel dan mengajukan keluhan
bahwa barang saya dikamar ada yang hilang. Kemudian reseptionist menanyakan
kepada saya “..barang apakah yang hilang dari kamar anda?” Saya jawab bahwa
sajadah saya hilang dari kamar. Lalu sambil menertawakan saya, reseptionist itu
berkata bahwa dihotel ini tidak pernah terjadi peristiwa kehilangan uang
ataupun barang lainnya dari kamar tamu apalagi sajadah yang tidak ada nilainya.
Mendengar
bahwa sajadah saya tidak ada nilainya, maka saya pun tersinggung lalu marah dan
membentak reseptionist tersebut sambil berkata bahwa sajadah tersebut sangat
tinggi nilainya karena dipergunakan untuk sembahyang. Melihat keadaan saya yang
marah itu maka reseptionist tersebut segera meminta maaf dan berjanji akan
mencarinya dengan jalan menanyakan seluruh karyawan yang bekerja di hotel
tersebut. Dan ternyata setelah staf hotel mencarinya maka tidak seorangpun yang
mengambil dan melihat sajadah saya.
Kemudian
pada siang harinya kami datang kerumah Richard Rondo untuk menanyakan berita
selanjutnya mengenai Silva Obed dan suaminya. Richard Rondo mengatakan bahwa
telah diterima berita melalui Gloria Pricila bahwa pagi sewaktu Silva Obed dan
suaminya bersiap-siap untuk berangkat dari kampung Amfoang ke Kupang mereka
telah di tahan oleh keluarga yang anaknya sedang menderita sakit jiwa dan
meminta agar Silva Obed menyembuhkan anaknya yang sedang sakit jiwa tersebut
supaya dapat kembali waras. Oleh sebab itu kedatangan Silva Obed ke Kupang
mengalami penundaan dan baru diharapkan sampai ke Kupang setelah beberapa hari
kemudian.
Ketika
saya memberitahukan kepada Richard Rondo bahwa saya telah kehilangan sajadah
pada pagi ini, dia pun memberi komentar bahwa karena saya sudah menerima
Yesus/Isa A.M. maka saya tidak perlu lagi sembahyang di atas sajadah tersebut
oleh sebab itu saya pun tidak perlu memiliki sajadah. Justru komentar itu yang
membuat saya gelisah dan keinginan yang begitu mendesak untuk mengetahui siapa
Yesus/Sayidina Isa A.M.itu sebenarnya yang telah mencengkeram kepala saya
dengan dahsyat.
Karena
tertundanya kedatangan Silva Obed beserta suaminya ke Kupang, maka saya
putuskan untuk segera pulang ke Jakarta dan memberitahukan L. Alexander agar
tinggal saja di Kupang menunggu sampai tibanya Silva Obed dan suaminya
sedangkan penerjemah sebagai ganti saya dapat dilakukan oleh Urias Bait Dosen
dari Universitas Nusa Cendana Kupang yang telah bersedia bertindak sebagai
penerjemah. Tetapi karena perasaan solider terhadap saya maka kami sama-sama
pulang ke Jakarta, tetapi kemudian L. Alexander pergi lagi ke Kupang setelah
Silva Obed dan suaminya tiba di Kupang.
Segera
setelah saya berada kembali di Jakarta, saya mulai mencari informasi untuk
mengungkapkan siapa sebenarnya Yesus/Isa Al-Masih itu. Kepada teman-teman saya,
saya ceritakan peristiwa terhadap diri saya di Kupang dan pada umumnya mereka
mengatakan bahwa saya telah dijamah oleh setan-iblis bahkan ada yang
menertawakan saya karena menurut kata mereka Yesus/Sayidina Isa A.M. adalah
nabi Isa AS yang sudah lama meninggalkan Dunia.
Akhirnya
saya memutuskan untuk menelitinya dari buku Al Quran dengan pemikiran bahwa
jika di dalam buku Al Quran tidak dapat diungkapkan siapa sebenarnya Isa
Al-Masih/Yesus itu maka yang menjamah saya memang setan-iblis tetapi, jika dari
kitab Al Quran dapat diungkapkan siapakah Yesus/Sayidina Isa A.M. itu maka saya
percaya dan yakin bahwa yang menjamah saya di Kupang pada waktu itu adalah
benar-benar Yesus/Isa Al-Masih dan saya akan konsekwen berserah diri kepadaNya.
AYAT-AYAT
AL QUR’AN YANG MENYELAMATKAN
Mulai
dari tanggal 12 Mei 1993 saya mulai dengan intensif mempelajari buku Al Qur’an
terjemahan Indonesia, terbitan PT. Sari Agung, tertanggal 2 Oktober 1991. Saya
mempelajari Al Qur’an dengan ada terjemahan bahasa Indonesianya karena saya
sendiri tidak menguasai bahasa Arab. Setelah lebih seminggu saya pelajari
dengan intensif amak saya menemukan ayat Al Qur’an yang menyatakan bahwa Isa
Putra Maryam diberkati dengan pelbagai mujizat. Oleh sebab itu, Dia dapat
menyembuhkan orang buta, orang sakit lepra dan menghidupkan orang yang sudah
mati.
Pada
saat itu pula saya merasa sakit kepala dimana rasa sakitnya hampir menyamai
rasa sakit pada waktu kepala saya dicengkeram oleh tangan Yesus/Sayidina Isa Al-Masih
di Kupang. Maka saya segera berdoa dan memohon kepada Isa A.S. agar Dia
menyembuhkan sakit kepala saya karena menurut saya Al Qur’an Dia dapat
menyembuhkan penyakit yang lebih berat lagi yaitu lepra. Tetapi doa saya tidak
terkabul karena rasa sakitnya masih tetap saja. Kemudian untuk kedua-kalinya
saya berdoa dan rasa sakitnya tetap saja bahkan sakitnya lebih parah. Akhirnya
saya berpikir mungkin cara berdoa saya yang salah dan terlintas dalam ingatan
saya bahwa pada waktu di Kupang orang-orang Kristen berdoa dengan menyebut nama
Yesus yaitu nama Sayidina Rabboni Isa Almasih. Oleh sebab itu untuk
ketigakalinya saya berdoa tetapi sekarang dengan menyebut nama Yesus Kristus
dan memohon kepadaNya untuk kesembuhan sakit kepala saya. Segera setelah ucapan
doa saya selesai, maka sakit kepala saya terasa diangkat perlahan-lahan
sehingga sakitnya pun hilang sama sekali dan terasa seluruh tubuh dipulihkan
kembali sehingga menjadi segar bugar. Air mata saya berlinang karena saat
itulah saya yakin bahwa nama Yesus itu adalah nama Dia yang hidup, yang telah
mendengarkan doa saya.
Kemudian
saya terus mempelajari ayat-ayat- Al Qur’an sampai saya menemukan ayat-ayat- Al
Qur’an yang sangat menentukan bagi saya untuk menerima Yesus dan penelitian
saya berakhir pada tanggal 28 Mei 1993 dengan diketemukannya ayat-ayat penting
yang perlu saya ketahui antara lain ayat-ayat yang menyatakan:
-
Al Qur’an adalah bagian dari Alkitab (Az Zukruf ayat 4)
-
Al Qur’an membenarkan berlakunya Taurat dan Injil (surat-surat Al Baqarah, Ali
Imraan, An Nisaa, dll)
-
Al Qur’an ditujukan untuk bangsa Arab yang berbahasa Arab (Fushshilat ayat 3)
-
Muhammad bukan penolong dan penyelamat melainkan seorang yang memberi
peringatan (Az Zumar ayat 19. Al Baqaroh ayat 119)
-
Atas perintah/firman Allah, Isa Almasih putra Maryam adalah orang yang paling
atas kedudukannya di dunia dan akhirat. (Ali Imraan ayat 45)
-
Umat Nasrani/Ahli Kitab yang beriman masuk syurga (Al Maidah ayat 65)
Kemudian
setelah ditemukan ayat yang sangat menentukan bagi saya yaitu:
-
Isa Almasih adalah petanda bagi kiamat, oleh sebab itu ikutlah dan taatlah
kepada Isa Al-Masih karena inilah jalan yang lurus. (Az Zukhruf ayat 61 dan
ayat 63),
Maka
saya ambil keputusan bahwa yang menjamah saya di Kupang dengan dahsyat adalah
Yesus/Sayidina Isa Al-Masih Oleh sebab itu saya konsekwen menerima Yesus dengan
sukacita dan akhirnya telah dibaptis pada tanggal 30 Mei 1993.
Ditulis
oleh Alvin Andreas Chandrawinata
No comments:
Post a Comment